Langsung ke konten utama

Kelas Inspirasi Bojonegoro, 2 Mei 2016

Daerah, bagian yang tidak terpisahkan dalam pembangunan di Indonesia. Sarat dengan problema. Tidak jarang konflik timbul antara pusat dan daerah. Termasuk masalah pembangunan bidang-bidang fundamental salah satunya pendidikan. Pasalnya, belum banyak yang menyadari bahwa sedemikian pentingnya pendidikan yang bertujuan untuk memanusiakan manusia. Bukan hanya kognitif semata, tapi afeksi, moral dan pendidikan dalam pelajaran hidup lainnya.

Hati ini yang menggerakkan untuk melangkahkan kaki menuju Bojonegoro, di hari pembuka di bulan Mei yang lalu. Tiba di Surabaya pk 07.00 setelah pagi hari saya mengambil flight pagi dari Soekarno-Hatta, saya naik bus Damri dari bandara Juanda menuju Bungur, sampai di Bungur pk 8.15. Di Bungur, saya mengambil bus jurusan Bojonegoro. Perjalanan hari itu sangat menyenangkan, tidak terlalu ramai, naik bus di daerah yang cukup asing buat saya, tapi saya sungguh sangat menikmatinya. Menyenangkan sekali naik bus antar kota di Jawa Timur. Saya tiba di terminal Bojonegoro jam 12 siang, setelah melewati kota Gresik, Lamongan dan kemudian tiba di Bojonegoro.

Saya dijemput di terminal Bojonegoro oleh salah satu relawan Kelas Inspirasi Bojonegoro, mas Hole. Baru kenal pun, suasana hangat sudah saya rasakan saat tiba di TIK, tempat berkumpul para relawan untuk mempersiapkan kelas Inspirasi pada 2 Mei keesokan harinya, bertepatan dengan Hari Pendidikan Nasional. Segala persiapan telah siap untuk dibawa, kami bergoncengan motor, kami akan menempuh kurang lebih 4 jam perjalanan dari kabupaten Bojonegoro.

Hutan, jalan kecil, rawa, dan alam indah lainnya membentang sepanjang perjalanan menuju Napis IV. Suasana alam pedesaan yang ramah sudah terasa. Jalan rusak, matahari yang membakar, tak menjadi masalah di dalam kebersamaan kami. pemandangan indah nan unik khas suasana desa telah kami lalui sampailah kami pada suatu sekolah di daerah Napis, perbatasan Bojonegoro dengan Ngawi. Jangan bayangkan seperti sekolah di kota. Bangunannya sangat sederhana, ada yang masih belum ada lantainya, ruangan-ruangannya sangat sederhana, begitu pula dengan listrik, tetapi saya merasakan aura yang luar biasa di dalamnya. Kami makan di sore hari itu, menunggu petang, kebersamaan dengan para relawan.




Bangunan yang sederhana, fasilitas yang sederhana, tetapi isinya guru-guru dan murid-murid yang luar biasa


SDN Napis IV


Tidak akan menyangka di tengah alam yang indah ditemukan sekolah ini, dan dengan jarak beberapa km lagi kita akan temukan sekolah Napis lainnya. 


senang sekali dengan pemandangan alam yang indah, tanpa kemacetan dan tanpa polusi


Rawa dalam perjalanan menuju Napis IV. 


Perjalanan menuju SDN Napis IV


saat kami tiba setelah menempuh 3-4 jam perjalanan dari Bojonegoro 


Pikiran melayang sejenak, esok hari pada hari insipirasi bertepatan dengan Hari Pendidikan Nasional 2 Mei, 2 minggu berselang kita juga akan memperingati Hari Kebangkitan Nasional 20 Mei, dan selanjutnya 1 Juni Hari Lahirnya Pancasila. Sudahkah Pancasila sungguh dihidupi oleh kami kaum penerus bangsa? Sudahkah kita implementasikan nilai-nilai yang telah dirumuskan dalam dasar negara kita?

Pagi menjelang. Semalam kami briefing untuk teknis hari Inspirasi besok pagi. Pikiran saya kembali di tempat saya berada sekarang, SDN Napis IV seutuhnya saya curahkan seharian ini mengajar anak-anak SDN Napis IV yang mengagumkan, bertemu dengan guru-guru, para relawan lainnya, menceritakan apa yang saya telah pelajari selama ini terutama terkait profesi hukum dan bidang hukum itu sendiri. 2 Mei, hari itu dibuka pagi hari dengan upacara, mengenalkan sebuah arti pendidikan oleh Kepala Sekolah . SDN Napis adalah tempat yang saya yakin ke depannnya akan mencetak orang-orang luar biasa disana. Jangan pernah menyerah, jangan pernah berhenti berharap.




Anak-anak SDN Napis IV sedang mengikuti upacara.

Relawan-relawan yang luar biasa: Ferdy, Hole, Oe, Angel, Sika, Khusnul, Ria, Rivaldy, Narina, Aulia, Diyah, Rizka, Nanang, para fotografer dan mungkin seluruh segenap relawan Bojonegoro yang tidak bisa kusebut satu-persatu, kami memperkenalkan diri di depan anak-anak. Saya sebagai analis hukum bersama mas Nahdhi, dari Jakarta yang berprofesi sebagai ahli geologi, kak Ratna sebagai apoteker, Mas Teddy sebagai dosen, Mbak Winda sebagai ahli di bidang marketing, mas Sigit sebagai ahli di bidang bimbingan konseling menceritakan singkat profesi kami.  

Usai upacara, kami memasuki ruang kelas. Saya bersama mas Nahdhi kebagian untuk mengajar kelas 1 dan 2 SD pada sesi pertama, kelas 6 pada sesi kedua, dan kelas 5 SD pada sesi ketiga. Semangat dan bahagianya tidak dapat diungkap dengan kata-kata. Kami berkenalan, sebelum kami menjelaskan tentang profesi kami, mereka diminta menyebutkan nama dan cita-cita mereka.
Ada yang bercita-cita menjadi guru, dokter, tentara, polisi, seperti pada umumnya anak-anak tetapi ada yang unik juga pembalap, pemain sepak bola, musisi, dan lainnya.

Saya menceritakan tentang profesi hukum di Kementerian Kelautan dan Perikanan dengan simulasi apa yang harus dilakukan Indonesia jika ada kapal ikan asing yang masuk wilayah dan mencuri hasil laut kita. Saya juga ajak mereka menggambar kapal-kapal, dan menunjukkan gambar-gambar kekayaan laut yang ada di Indonesia. Tak lupa peta-peta yang menunjukkan betapa luasnya laut kita dan betapa kayanya kita akan sumber daya alam hayati dan non hayati. Saya menceritakan tentang polisi air dan TNI AL dimana sehari-hari saya bertemu dengan mereka di kantor, tugas-tugas mereka jika ingin menangkap kapal pencuri ikan, jadilah polisi yang bertugas di air. Jangan biarkan kekayaan bangsa kita "terjarah" dengan sentuhan pihak yang membuat kita terpecah belah. Begitu juga kak Nahdhi sebagai ahli geologi yang menunjukkan betapa kayanya hasil dari bumi kita dan tugas kita untuk menjaganya. 

Mereka sungguh menyentuh hati, sekalipun tidak banyak yang tahu tetapi ada yang bisa menjawab siapa nama menteri Pendidikan kita, Menteri Kelautan kita, selat yang memisahkan Jawa dan Sumatera, gunung tertinggi di pulau Jawa, dan pertanyaan-pertanyaan lain. Saya berpikir harusnya pemerintah lebih memperhatikan sistem pendidikan yang 2 arah, mengajarkan anak-anak untuk lebih menjawab, bertanya, berinteraksi, dibanding sekadar mendengar penjelasan guru, sehingga ide dan tingkat inisiatif mereka berkembang.



saya dan mas Nahdhi saat sesi mengajar di kelas IV




salah satu siswa yang saya minta menggambar kapal 




Para Pengajar/Inspirator: Mas Teddy, mbak Winda, mas Nahdhi, mbak Ratna, mas Sigit, dan saya


Tari dengan cita-citanya 


senyum ini yang akan sangat saya rindukan




Pada akhir acara, dengan cita-cita mereka yang diikat pada lampion halaman sekolah, saya berdoa kelak di masa depan saya melihat anak-anak di SDN Napis IV ini sudah menekuni cita-cita yang mereka genggam sejak kecil ini. Saya percaya Tuhan pasti memeluk mimpi-mimpi mereka.


Mendengar kisah perjuangan, para guru-guru yang dengan mulia mengabdi di daerah Napis ini. Jalan pukul 4 atau 5 pagi untuk mengajar, sungguh perjuangan yang luar biasa. Kehangatan dari sudut kota di Jawa Timur ini memang sungguh indah. Tinggal bagaimana selanjutnya aku bisa melakukan apa untuk membantu pendidikan di Indonesia. Tentunya aku akan berusaha dengan caraku.

Suka, tawa, dan kelelahan perjalanan kembali 8 jam menuju Surabaya, pun tak terasa.  Melewati Ngawi, Madiun, Nganjuk, Jombang dan akhirnya tiba di Surabaya. Terima kasih atas perjalanan yang begitu berharga Bojonegoro.


Sampai jumpa lagi Bojonegoro, terutama SDN Napis IV. Semoga bisa kembali, semoga kalian terus menjadi bagian dari bangsa Indonesia yang pantang menyerah, kelak kita bertemu kembali dengan jalan kita mengubah negara kita ke arah yang selalu lebih baik.


Para Relawan dan Pengajar Kelas Inspirasi SDN Napis IV Bojonegoro



seusai kelas inspirasi


Sampai jumpa lagi teman-teman yang hebat!
credit photo: teman-teman relawan. thanks for capturing our moments


Mendidik adalah tanggung jawab setiap orang terdidik. Berarti juga, anak-anak yang tidak terdidik di Republik ini adalah "dosa" setiap orang terdidik yang dimiliki Republik ini. Anak-anak nusantara tidak berbeda. Mereka semua berpotensi. Mereka hanya dibedakan oleh keadaan.
-Anies Baswedan

Komentar

  1. Senang berjumpa denganmu, Kak Esi. Semoga bisa berjumpa kembali dalam suasana serupa di Cirebon. :)

    BalasHapus
  2. Owh, ini yang Esi bilang kemarin dari Bojonegoro lewat Nganjuk itu ya.. Keren lah para relawan ini, TOP.. :)

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

ISFIT Preparation

Semenjak pengumuman dr ISFIT Norway awal November lalu (saya ingat sekali tepatnya tanggal 4 November, saya sungguh hampir lupa saya pernah apply, saat itu saya sedang menginap di rumah teman saya Audrey sehabis bekerja hingga larut malam, saya sungguh tidak membayangkan ini terjadi tapi Tuhan membukakan jalan, semoga bisa mengerjakan dengan baik:D). Sebelumnya flashback sedikit tentang proses saya mendaftar. Saya mengetahui ISFIT dari beberapa teman di UI dan sahabat saya Septian yang menjadi delegasi ISFIT tahun 2013. Saat itu, saya melihat topik-topiknya, membaca websitenya di isfit.org. Sangat menarik. Topiknya berada di antara isu-isu sosial, politik, hukum, dan topik global lainnya. Cara seleksi untuk mengikuti ISFIT ini adalah dengan mengirim 2 esai (sebetulnya 3, tapi esai ketiga ini tidak wajib, dan itu jika ingin mendapat travel support, karena ISFIT hanya menanggung akomodasi dan transportasi selama disana, tiket pulang pergi dari negara tidak ditanggung). Karena samb...

Kala Hujan Di Puncak Merapi

Jumat di pertengahan Maret menghantar kami menuju salah satu ciptaan Tuhan yang tentunya tidak kalah  indah dari ciptaan lainnya di alam semesta ini, yang membentang di bagian tengah Pulau Jawa, sebagian menyebutnya angker, tetapi kami sungguh sudah menantinya, Gunung Merapi, 2930 mdpl. Kisah kami dimulai dari hari itu, setelah lelah kami bekerja. Bagi saya saat ini, waktu untuk bercengkrama dengan alam sangatlah terbatas. Tidak semudah dahulu setiap bosan bisa pergi ke pantai atau gunung dalam tiap bulan. Sekarang, situasinya berbeda. Selalu ada konsekuensi dari setiap pilihan, bukan? Tetaplah ingat betapa berharganya waktu bersama orang-orang yang kita sayangi. Memasuki sore dengan cuaca cerah, berangkatlah kami dari Stasiun Senen Jakarta menuju Stasiun Solojebres. `Dini hari Sabtu, kami telah tiba di stasiun, menunggu Pak Nardi menjemput kami ke basecamp Merapi di Selo. Teman perjalanan saya dalam pendakian Merapi ini: Yupi, Ismi, Hilmi, Raihan, Bams, Handoyo, d...