Daerah, bagian yang tidak terpisahkan
dalam pembangunan di Indonesia. Sarat dengan problema. Tidak jarang konflik
timbul antara pusat dan daerah. Termasuk masalah pembangunan bidang-bidang fundamental
salah satunya pendidikan. Pasalnya, belum banyak yang menyadari bahwa
sedemikian pentingnya pendidikan yang bertujuan untuk memanusiakan manusia.
Bukan hanya kognitif semata, tapi afeksi, moral dan pendidikan dalam pelajaran
hidup lainnya.
Hati ini yang menggerakkan untuk melangkahkan
kaki menuju Bojonegoro, di hari pembuka di bulan Mei yang lalu. Tiba di Surabaya
pk 07.00 setelah pagi hari saya mengambil flight pagi dari Soekarno-Hatta, saya
naik bus Damri dari bandara Juanda menuju Bungur, sampai di Bungur pk 8.15. Di
Bungur, saya mengambil bus jurusan Bojonegoro. Perjalanan hari itu sangat
menyenangkan, tidak terlalu ramai, naik bus di daerah yang cukup asing buat
saya, tapi saya sungguh sangat menikmatinya. Menyenangkan sekali naik bus antar
kota di Jawa Timur. Saya tiba di terminal Bojonegoro jam 12 siang, setelah melewati
kota Gresik, Lamongan dan kemudian tiba di Bojonegoro.
Saya dijemput di terminal Bojonegoro
oleh salah satu relawan Kelas Inspirasi Bojonegoro, mas Hole. Baru kenal pun,
suasana hangat sudah saya rasakan saat tiba di TIK, tempat berkumpul para
relawan untuk mempersiapkan kelas Inspirasi pada 2 Mei keesokan harinya,
bertepatan dengan Hari Pendidikan Nasional. Segala persiapan telah siap untuk
dibawa, kami bergoncengan motor, kami akan menempuh kurang lebih 4 jam
perjalanan dari kabupaten Bojonegoro.
Hutan, jalan kecil, rawa, dan alam
indah lainnya membentang sepanjang perjalanan menuju Napis IV. Suasana alam
pedesaan yang ramah sudah terasa. Jalan rusak, matahari yang membakar, tak
menjadi masalah di dalam kebersamaan kami. pemandangan indah nan unik khas
suasana desa telah kami lalui sampailah kami pada suatu sekolah di daerah
Napis, perbatasan Bojonegoro dengan Ngawi. Jangan bayangkan seperti sekolah di
kota. Bangunannya sangat sederhana, ada yang masih belum ada lantainya,
ruangan-ruangannya sangat sederhana, begitu pula dengan listrik, tetapi saya merasakan aura yang luar biasa
di dalamnya. Kami makan di sore hari itu, menunggu petang, kebersamaan dengan
para relawan.
Bangunan yang sederhana, fasilitas yang sederhana, tetapi isinya guru-guru dan murid-murid yang luar biasa
SDN Napis IV
Tidak akan menyangka di tengah alam yang indah ditemukan sekolah ini, dan dengan jarak beberapa km lagi kita akan temukan sekolah Napis lainnya.
senang sekali dengan pemandangan alam yang indah, tanpa kemacetan dan tanpa polusi
Rawa dalam perjalanan menuju Napis IV.
Perjalanan menuju SDN Napis IV
saat kami tiba setelah menempuh 3-4 jam perjalanan dari Bojonegoro
Pikiran melayang sejenak, esok hari pada hari insipirasi bertepatan dengan Hari Pendidikan Nasional 2 Mei, 2 minggu berselang kita juga akan memperingati Hari Kebangkitan Nasional 20 Mei, dan selanjutnya 1 Juni Hari Lahirnya Pancasila. Sudahkah Pancasila sungguh dihidupi oleh kami kaum penerus bangsa? Sudahkah kita implementasikan nilai-nilai yang telah dirumuskan dalam dasar negara kita?
Pagi menjelang. Semalam kami briefing
untuk teknis hari Inspirasi besok pagi. Pikiran saya kembali di tempat saya
berada sekarang, SDN Napis IV seutuhnya saya curahkan seharian ini mengajar anak-anak
SDN Napis IV yang mengagumkan, bertemu dengan guru-guru, para relawan lainnya,
menceritakan apa yang saya telah pelajari selama ini terutama terkait profesi
hukum dan bidang hukum itu sendiri. 2 Mei, hari itu dibuka pagi hari dengan
upacara, mengenalkan sebuah arti pendidikan oleh Kepala Sekolah . SDN Napis
adalah tempat yang saya yakin ke depannnya akan mencetak orang-orang luar biasa
disana. Jangan pernah menyerah, jangan pernah berhenti berharap.
Anak-anak SDN Napis IV sedang mengikuti upacara.
Relawan-relawan yang luar biasa:
Ferdy, Hole, Oe, Angel, Sika, Khusnul, Ria, Rivaldy, Narina, Aulia, Diyah,
Rizka, Nanang, para fotografer dan mungkin seluruh segenap relawan Bojonegoro yang
tidak bisa kusebut satu-persatu, kami memperkenalkan diri di depan anak-anak.
Saya sebagai analis hukum bersama mas Nahdhi, dari Jakarta yang berprofesi
sebagai ahli geologi, kak Ratna sebagai apoteker, Mas Teddy sebagai dosen, Mbak
Winda sebagai ahli di bidang marketing, mas Sigit sebagai ahli di bidang
bimbingan konseling menceritakan singkat profesi kami.
Usai upacara, kami memasuki ruang
kelas. Saya bersama mas Nahdhi kebagian untuk mengajar kelas 1 dan 2 SD pada
sesi pertama, kelas 6 pada sesi kedua, dan kelas 5 SD pada sesi ketiga.
Semangat dan bahagianya tidak dapat diungkap dengan kata-kata. Kami berkenalan,
sebelum kami menjelaskan tentang profesi kami, mereka diminta menyebutkan nama
dan cita-cita mereka.
Ada yang bercita-cita menjadi guru,
dokter, tentara, polisi, seperti pada umumnya anak-anak tetapi ada yang unik
juga pembalap, pemain sepak bola, musisi, dan lainnya.
Saya menceritakan tentang profesi
hukum di Kementerian Kelautan dan Perikanan dengan simulasi apa yang harus
dilakukan Indonesia jika ada kapal ikan asing yang masuk wilayah dan mencuri
hasil laut kita. Saya juga ajak mereka menggambar kapal-kapal, dan menunjukkan
gambar-gambar kekayaan laut yang ada di Indonesia. Tak lupa peta-peta yang
menunjukkan betapa luasnya laut kita dan betapa kayanya kita akan sumber daya
alam hayati dan non hayati. Saya menceritakan tentang polisi air dan TNI AL
dimana sehari-hari saya bertemu dengan mereka di kantor, tugas-tugas mereka
jika ingin menangkap kapal pencuri ikan, jadilah polisi yang bertugas di air. Jangan biarkan kekayaan bangsa kita "terjarah" dengan sentuhan pihak yang membuat kita terpecah belah. Begitu juga kak Nahdhi sebagai ahli geologi yang menunjukkan betapa kayanya hasil dari bumi kita dan tugas kita untuk menjaganya.
Mereka sungguh menyentuh hati, sekalipun tidak
banyak yang tahu tetapi ada yang bisa menjawab siapa nama menteri Pendidikan
kita, Menteri Kelautan kita, selat yang memisahkan Jawa dan Sumatera, gunung
tertinggi di pulau Jawa, dan pertanyaan-pertanyaan lain. Saya berpikir harusnya pemerintah
lebih memperhatikan sistem pendidikan yang 2 arah, mengajarkan anak-anak untuk
lebih menjawab, bertanya, berinteraksi, dibanding sekadar mendengar penjelasan
guru, sehingga ide dan tingkat inisiatif mereka berkembang.
saya dan mas Nahdhi saat sesi mengajar di kelas IV
salah satu siswa yang saya minta menggambar kapal
Para Pengajar/Inspirator: Mas Teddy, mbak Winda, mas Nahdhi, mbak Ratna, mas Sigit, dan saya
Tari dengan cita-citanya
senyum ini yang akan sangat saya rindukan
Pada akhir acara, dengan cita-cita
mereka yang diikat pada lampion halaman sekolah, saya berdoa kelak di masa
depan saya melihat anak-anak di SDN Napis IV ini sudah menekuni cita-cita yang
mereka genggam sejak kecil ini. Saya percaya Tuhan pasti memeluk mimpi-mimpi
mereka.
Mendengar kisah perjuangan, para
guru-guru yang dengan mulia mengabdi di daerah Napis ini. Jalan pukul 4 atau 5
pagi untuk mengajar, sungguh perjuangan yang luar biasa. Kehangatan dari sudut
kota di Jawa Timur ini memang sungguh indah. Tinggal bagaimana selanjutnya aku
bisa melakukan apa untuk membantu pendidikan di Indonesia. Tentunya aku akan
berusaha dengan caraku.
Suka, tawa, dan kelelahan perjalanan kembali 8 jam menuju Surabaya, pun tak terasa. Melewati Ngawi, Madiun, Nganjuk, Jombang dan
akhirnya tiba di Surabaya. Terima kasih atas perjalanan yang begitu berharga
Bojonegoro.
Sampai jumpa lagi Bojonegoro, terutama
SDN Napis IV. Semoga bisa kembali, semoga kalian terus menjadi bagian dari
bangsa Indonesia yang pantang menyerah, kelak kita bertemu kembali dengan jalan
kita mengubah negara kita ke arah yang selalu lebih baik.
Para Relawan dan Pengajar Kelas Inspirasi SDN Napis IV Bojonegoro
seusai kelas inspirasi
Sampai jumpa lagi teman-teman yang hebat!
credit photo: teman-teman relawan. thanks for capturing our moments
Mendidik adalah tanggung jawab setiap orang terdidik. Berarti juga, anak-anak yang tidak terdidik di Republik ini adalah "dosa" setiap orang terdidik yang dimiliki Republik ini. Anak-anak nusantara tidak berbeda. Mereka semua berpotensi. Mereka hanya dibedakan oleh keadaan.
-Anies Baswedan
Senang berjumpa denganmu, Kak Esi. Semoga bisa berjumpa kembali dalam suasana serupa di Cirebon. :)
BalasHapusOwh, ini yang Esi bilang kemarin dari Bojonegoro lewat Nganjuk itu ya.. Keren lah para relawan ini, TOP.. :)
BalasHapusTerima kasih kak
BalasHapus