Langsung ke konten utama

SPEAK Forum “Anak Muda dan Orde Baru” 1 November 2014

“Masih dalam suasana peringatan Sumpah Pemuda, komunitas SPEAK (Suara Pemuda Anti Korupsi) mengadakan forum diskusi dengan tema “Anak Muda dan Orde Baru”. Mungkin dalam bayangan kita,  zaman orde baru  terlihat mengerikan. Hak berpendapat diabaikan, pemuda terbelenggu dalam kekangan penguasa. Memberontak sedikit, habis. Namun diskusi ini membuka wawasan kita lebih dalam dan lebih luas lagi

Hadir narasumber hebat sore itu, Mas Hermawan Sulistyo, atau biasa yang kita kenal dengan Mas Kiki, Professor Riset LIPI, Mantan Ketua TGPF Kerusuhan Mei 1998; Mas Dandhy Dwi Laksono, Video Journalist, WatchDoc; Mas Iwan Meulia Pirous, Antropolog UI, Ketua Bidang Advokasi Asosiasi Antropologi Indonesia.

Ketiganya hadir dalam perspektif yang berbeda, menyampaikan pengalaman dan pandangan mereka tentang masa orde baru, karena ketiganya hidup dan merupakan ‘produk’ orde baru. Ada pengalaman Mas Kiki pada masa kuliah. Skripsinya dianggap judulnya ke arah “kiri”.  Untuk lulus saja cukup sulit. Akhirnya beliau pindah ke Amerika, menjadi akademisi disana.

Mas Dandhy Laksono, seorang sutradara, juga memberi warna lain dalam diskusi ini. Pemutaran film New Rulers of The World, trailer Retrusi, dan trailer tentang Harmoko, mantan Menteri Penerangan. Kita seringkali terbelenggu dalam pikiran yang mengatakan PKI jahat, kejadian di Lubang Buaya ada pembunuhan jenderal, semua yang dipelajari di sejarah mengatakan seolah-olah perbuatan PKI adalah perbuatan jahat. Informasi jadi gelap, seperti ada rabun informasi. Orde baru mencuci otak bahwa komunis dan semua terkait PKI adalah jahat. Dan seterusnya.

Banyak nilai yang kita bisa pelajari dari film tersebut. Mas Iwan mengatakan Orang sering melihat peristiwa sejarah hanya sepotong saja, tidak melihatnya sebagai satu kesatuan. Misalnya peristiwa tahun 1965, yang dilihat hanya peristiwa pembantaian, padahala erat kaitannya juga dengan pembukaan pasar bebas, globalisasi, pembangunan. Kita melihatnya selama ini hanya secara sektoral.
Kejadian korban petrus yang dibuang di selatan Yogya, cerita aktivis mahasiswa yang dahulu membawa senjata, pemikiran Marx, Lenin, pers yang harus memiliki SIUP: harus izin Harmoko selaku Menteri Penerangan, dan cerita lainnya tentang orde baru (apakah benar slogan “Piye, penak jamanku toh?” itu benar? Apakah reformasi lebih “korup” dibanding ordebaru?) Informasi lainnya yang dibagikan oleh narasumber sore itu menambah wawasan kami.

Kita sebagai anak muda harus mandai memilah informasi. Dahulu TV ada 5, sekarang sudah mencapai 112. Koran dahulu hanya 83 sekarang sampai 1200. Informasi yang diberikan juga terkadang sesuai dengan pemiliknya. Jika kita melihat berita lihatnya “how” and “why” dari berita tersebut. Tidak menelan mentah-mentah.

Sosial media, sebagai salah satu “bonus” dalam demokrasi, saluran informasi yang cukup mutakhir. Anak muda terpapar informasi yang baik, tetapi “barangnya” seirngkali tidak ada. Buku-buku yang menunjang itu perlu, namun orang jarang ke perpus sekarang. Diskusi pembahasan buku mungkin kalah menarik dibanding membaca berita online.


2015, 2020 dan tahun–tahun mendatang akan membawa kita menjadi kaum urban, industri, persaingan, kapitalisme, hedonisme, dan lainnya semua akan bertumpah ruah datang dalam masa itu. Menjadi tugas bagi kita untuk mengisi diri kita lebih lagi, belajar secara utuh dan belajar juga dari sejarah. Karena dari sejarah mengajarkan kita masa lalu, menjalani hari ini, dan menatap masa depan. 

Bersama teman-teman SPEAK dan Mas Dandhy Laksono seusai diskusi. 


Sampai jumpa di SPEAK Forum berikutnya!

Komentar

Postingan populer dari blog ini

ISFIT Preparation

Semenjak pengumuman dr ISFIT Norway awal November lalu (saya ingat sekali tepatnya tanggal 4 November, saya sungguh hampir lupa saya pernah apply, saat itu saya sedang menginap di rumah teman saya Audrey sehabis bekerja hingga larut malam, saya sungguh tidak membayangkan ini terjadi tapi Tuhan membukakan jalan, semoga bisa mengerjakan dengan baik:D). Sebelumnya flashback sedikit tentang proses saya mendaftar. Saya mengetahui ISFIT dari beberapa teman di UI dan sahabat saya Septian yang menjadi delegasi ISFIT tahun 2013. Saat itu, saya melihat topik-topiknya, membaca websitenya di isfit.org. Sangat menarik. Topiknya berada di antara isu-isu sosial, politik, hukum, dan topik global lainnya. Cara seleksi untuk mengikuti ISFIT ini adalah dengan mengirim 2 esai (sebetulnya 3, tapi esai ketiga ini tidak wajib, dan itu jika ingin mendapat travel support, karena ISFIT hanya menanggung akomodasi dan transportasi selama disana, tiket pulang pergi dari negara tidak ditanggung). Karena samb...

Kelas Inspirasi Bojonegoro, 2 Mei 2016

Daerah, bagian yang tidak terpisahkan dalam pembangunan di Indonesia. Sarat dengan problema. Tidak jarang konflik timbul antara pusat dan daerah. Termasuk masalah pembangunan bidang-bidang fundamental salah satunya pendidikan. Pasalnya, belum banyak yang menyadari bahwa sedemikian pentingnya pendidikan yang bertujuan untuk memanusiakan manusia. Bukan hanya kognitif semata, tapi afeksi, moral dan pendidikan dalam pelajaran hidup lainnya. Hati ini yang menggerakkan untuk melangkahkan kaki menuju Bojonegoro, di hari pembuka di bulan Mei yang lalu. Tiba di Surabaya pk 07.00 setelah pagi hari saya mengambil flight pagi dari Soekarno-Hatta, saya naik bus Damri dari bandara Juanda menuju Bungur, sampai di Bungur pk 8.15. Di Bungur, saya mengambil bus jurusan Bojonegoro. Perjalanan hari itu sangat menyenangkan, tidak terlalu ramai, naik bus di daerah yang cukup asing buat saya, tapi saya sungguh sangat menikmatinya. Menyenangkan sekali naik bus antar kota di Jawa Timur. Saya tiba di termi...

Kala Hujan Di Puncak Merapi

Jumat di pertengahan Maret menghantar kami menuju salah satu ciptaan Tuhan yang tentunya tidak kalah  indah dari ciptaan lainnya di alam semesta ini, yang membentang di bagian tengah Pulau Jawa, sebagian menyebutnya angker, tetapi kami sungguh sudah menantinya, Gunung Merapi, 2930 mdpl. Kisah kami dimulai dari hari itu, setelah lelah kami bekerja. Bagi saya saat ini, waktu untuk bercengkrama dengan alam sangatlah terbatas. Tidak semudah dahulu setiap bosan bisa pergi ke pantai atau gunung dalam tiap bulan. Sekarang, situasinya berbeda. Selalu ada konsekuensi dari setiap pilihan, bukan? Tetaplah ingat betapa berharganya waktu bersama orang-orang yang kita sayangi. Memasuki sore dengan cuaca cerah, berangkatlah kami dari Stasiun Senen Jakarta menuju Stasiun Solojebres. `Dini hari Sabtu, kami telah tiba di stasiun, menunggu Pak Nardi menjemput kami ke basecamp Merapi di Selo. Teman perjalanan saya dalam pendakian Merapi ini: Yupi, Ismi, Hilmi, Raihan, Bams, Handoyo, d...