Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari 2014

Sedikit Cerita 9 Desember: Hari Anti Korupsi Internasional

Saya baru menyadari pentingnya hari ini kira-kira 2 tahun yang lalu. Sangat telat, tapi percayalah saya selalu menerapkannya dalam hidup saya walau tanpa teori. Hehehe Tahun 2013 lalu, saya menghadiri Peringatan Hari Anti Korupsi di JCC, Senayan, bersama teman-teman dari LAPOR!UKP-PPP. Kami melihat seluruh pegiat korupsi yang hadir dalam acara itu, stand-stand dari teman-teman NGO dan komunitas-komunitas yang concern pada isu anti korupsi. Lelang barang gratifikasi dari KPK yang sangat menarik. Kuis-kuis, dongeng dari KPK untuk mengajarkan anti korupsi pada anak-anak, dan rangkaian acara yang menarik lainnya. Di tahun ini, sayangnya saya tidak bisa menghadiri, karena tidak lagi bertempat di Jakarta, melainkan di Jogja, tidak mungkin bolos kerja. Hehe. Alhasil, hanya melihat acara dari televisi berita. Tahun depan semoga bisa hadir. Silahkan lihat twitter @KPK_RI untuk review acaranya. Corruption Perception Index dari Transparency International untuk tahun 2014 dirilis

Satgas Illegal Unreported Unregulated Fishing

Selamat bertugas Ketua Satgas Illegal Unreported Unregulated Fishing , Mas Achmad Santosa Mas Achmad Santosa, Pak Ota kami menyapanya, ditunjuk Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti sebagai Ketua Satgas Pemberantasan Illegal Unreported Unregulated Fishing . Salah satu kapal yang ditenggelamkan TNI AL sumber gambar:  http://nasional.republika.co.id/berita/nasional/hukum/14/12/08/ng9v2p-kpk-dan-ppatk-jadi-bagian-satgas-illegal-fishing Saat ini kejahatan karena illegal fishing meningkat. Negara kehilangan jutaan trilliun pendapatan yang seharusnya bisa didapat dari hasil ikan negara kita.  . Mengutip dari detik.com, http://news.detik.com/read/2014/12/09/074728/2771497/10/ditunjuk-menteri-susi-jadi-ketua-satgas-pemberantasan-illegal-fishing-ini-janji-ota , Satuan Tugas Pemberantasan Illegal Fishing memiliki sejumlah fungsi dan tugas yakni, 1. Melakukan perbaikan tata kelola perizinan 2.  Pemantauan pelaksanaan moratorium perizinan usaha perikanan tan

No Reason for Being Lazy

No Reason for Being Lazy Ini seperti permainan 20 facts about me yang orang mainkan di facebook, instagram dan sosial media lain. Hehe Anggap saja sekarang sedang bermain seperti itu, tapi di blog. Hehe iseng sungguh.  Faktanya aku orang yang harus berusaha keras untuk mendapatkan sesuatu, selalu ingin belajar dari kesalahan, berbuat yang lebih baik lagi. Inginnya selalu melakukan sesuatu yang berguna bagi orang lain. Aku bukan orang yang sekejap mengerti segala sesuatu dengan cepat. Saat kuliah aku harus membaca materi kuliah berulang-ulang, hingga mengerti. Tidak seperti teman yang sekejap langsung paham. Tapi selalu optimis dalam setiap kekurangan saya karena percaya bahwa Tuhan memberi kemampuan manusia, tidak sempurna seutuhnya, tapi dari sisi lemah itulah Tuhan mengajarkan untuk belajar dan berusaha keras, serta berpasrah padaNya. Aku bisa lulus dengan predikat cum-laude (tidak penting hehe) juga semuanya karena Tuhan. Dia yang membuat segalanya menjadi nyata, Dia yang men

EVENTS

20 November 2014 UNICEF Indonesia Activate Talks: The Role of Young People in Addressing Child Rights and Disparities in Indonesia . Ini menjadi refleksi bagi kita dalam memperingati 25 tahun ratifikasi dari Konvensi Hak Anak “Convention on Rights of The Child ”. Apakah benar semua hak anak akan pendidikan, kesehatan, dan hal lainnya sudah diakomodir? Acara peringatan 25 tahun CRC dan UNICEFActivate sore itu dibuka oleh Menteri Pemberdayaan Perempuan & Perlindungan Anak, Ibu Yohana Yembise. Kak Iman Usman founder dari ruangguru.com, kak Agrita director dari Sinergi Muda, Yudhi, Setia (Jawa Tengah), Melan (Papua) volunteer dari daerah mereka, mereka melakukan sesuatu yang sederhana tapi berguna dan mempunyai dampak yang luas bagi daerah mereka. Setia Perdana, 25 tahun, yang menjadi pembicara hari itu mengungkapkan tentang perlindungan anak dan remaja serta kelompok minoritas. Agrita, Koordinator dari Sinergi Muda mengatakan, " Kita percaya kalau mau melakukan per

Old Post "Jakarta: We’re in Lawve" September, 2014

Hari itu, Tim Hukum UKP4 dan BP REDD+ RI menjelajah Jakarta pada tanggal 27 September 2014. Tujuan pertama kami yaitu Taman Wisata Angke Kapuk di Jakarta Utara. Kami melihat-lihat  mangrove, naik kapal, dan sepanjang perjalanan tanaman bakau menghiasi perjalanan kami. Teringat 4 tahun yang lalu saya juga pergi bersama teman-teman dari SMA Santa Ursula, menceburkan diri kami di lumpur, menanam bakau. Super bahagia mengingat momen ini. Setelah 4 tahun tidak kesana, namun saya masih bisa melihat tanaman yang dahulu kami tanam. Kira-kira lokasinya belum banyak berubah.  Kali ini, saya tidak menanam. Bepergian kali ini hanya melihat-lihat dan jalan-jalan saja. Momen bersama ini mungkin tidak akan lama lagi karena kontrak kami banyak yang habis bulan Desember (saya sendiri Januari 2015 kontrak kerja saya akan habis).  17 Desember 2009 semasa SMA menanam bakau di Angke Kapuk September 2014 bersama Tim Hukum UKP4 dan BP REDD+ RI Pelabuhan Sunda Kelapa menjadi tujuan kami se

Secercah Asa dari Bumi Lancang Kuning

Pernahkah membayangkan hidup dalam selimut kabut asap atau bangun dengan rasa sesak di sekujur tubuh? Inilah realita yang sungguh dirasakan oleh sanak saudara kita di bumi lancang kuning, provinsi yang terletak di bagian tengah Pulau Sumatera, Provinsi Riau.  Kalau dulu kita mengenal Riau sebagai ladang minyak tanah air, kini dapat dikatakan pujaan itu sirna oleh kabut asap akibat kebakaran hutan dan lahan. Sedih tentu kita semua rasakan, tidak hanya masyarakat Riau, tapi seluruh warga Indonesia. Asap yang membubung dan ‘menghiasi’ Riau dalam beberapa bulan terakhir menghantui masyarakat, membuat mereka semakin resah akan kejadian itu. sumber foto: http://www.mongabay.co.id/2014/07/22/kebakaran-hutan-gambut-di-riau-menjadi-tak-terkendali-kenapa/ Berdasarkan laporan tim audit kepatuhan hukum kebakaran hutan dan lahan di Riau, dari 5 perusahaan perkebunan tergolong sangat tidak patuh, dari 4 tergolong tidak patuh. Perusahaan kehutanan, dari 12 perusahaan yang diaudit 1 per

SPEAK Forum “Anak Muda dan Orde Baru” 1 November 2014

“Masih dalam suasana peringatan Sumpah Pemuda, komunitas SPEAK (Suara Pemuda Anti Korupsi) mengadakan forum diskusi dengan tema “Anak Muda dan Orde Baru”. Mungkin dalam bayangan kita,  zaman orde baru  terlihat mengerikan. Hak berpendapat diabaikan, pemuda terbelenggu dalam kekangan penguasa. Memberontak sedikit, habis. Namun diskusi ini membuka wawasan kita lebih dalam dan lebih luas lagi Hadir narasumber hebat sore itu, Mas Hermawan Sulistyo, atau biasa yang kita kenal dengan Mas Kiki, Professor Riset LIPI, Mantan Ketua TGPF Kerusuhan Mei 1998; Mas Dandhy Dwi Laksono, Video Journalist, WatchDoc; Mas Iwan Meulia Pirous, Antropolog UI, Ketua Bidang Advokasi Asosiasi Antropologi Indonesia. Ketiganya hadir dalam perspektif yang berbeda, menyampaikan pengalaman dan pandangan mereka tentang masa orde baru, karena ketiganya hidup dan merupakan ‘produk’ orde baru. Ada pengalaman Mas Kiki pada masa kuliah. Skripsinya dianggap judulnya ke arah “kiri”.  Untuk lulus saja cukup sulit. Ak

Hak atas Keadilan-Konflik Papua Barat

Berawal dari sebuah perusahaan pertambangan emas yang masuk dan mengganggu kehidupan suku-suku di Papua yang hidup tenteram. Masuknya perusahaan itu seharusnya membuat sejahtera, tetapi yang terjadi malah sebaliknya. Keadaan tersebut membuat ricuh kehidupan masyarakat disana. Jika berbicara tentang HAM (Hak Asasi Manusia) tentu banyak hal dari peristiwa yang menimpa Papua bisa dikaitkan. Salah satunya ialah tidak tersedianya fasilitas yang mencukupi, yang dijanjikan sebelum perusahaan tambang PT Freeport Indonesia ini berdiri. Mereka menjanjikan akan mendirikan fasilitas pendidikan, kesehatan, dan segala hal yang menunjang keberlangsungan hidup mereka. Namun, apa daya, dari penambangan emas yang bisa menghasilkan uang banyak dalam waktu singkat ini, hanya 1% yang disisihkan untuk masyarakat setempat. Dana itu pun tak seluruhnya mengalir ke rakyat karena masuk ke ‘kantong’ yang lain. Hal ini tentu sungguh memperihatinkan. Sekolah-sekolah di pedalaman tidak memiliki guru, tingkat