Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Agustus, 2015

"Ibadah" Kebudayaan, Agustus 2015

"Ibadah" kebudayaan yang saya lakukan hari itu, Jumat 28 Agustus 2015, tak lain dan tak bukan adalah teater favorit saya, Indonesia Kita dari Butet Kartaredjasa, teater rutin 3 bulanan yang sangat menjadi favorit saya dan keluarga saya di akhir pekan. Isinya sarat tentang sindiran tentang politik, pemerintahan, bercampur dengan seni dan budaya khas Indonesia yang dikemas dengan sangat memukau. Kemerdekaan Indonesia yang telah diraih oleh para founding fathers , kaum intelektual, dan tentunya oleh seluruh rakyat Indonesia tidak boleh disia-siakan begitu saja. Datuk Bagindo Presiden, dengan latar belakang kebudayaan Minang, mengingatkan kita kembali kepada para pejuang asal Minang. Sayangnya selama ini kursi Presiden selalu diduduki orang Jawa hehe. Kiprah perjuangannya mungkin tidak kalah dengan orang Jawa itu sendiri.  Sebut saja Haji Agus Salim, Mohammad Hatta, Sutan Sjahrir dan Tan Malaka, sosok pemikir yang pengorbanannya begitu besar bagi kemajuan bangsa kita. Mereka

Indonesia, 70th, Ayo Kerja:)

Mengingat kembali, 17 Agustus 2015 yang lalu, pagi itu saya dan mbak Fadilla, bersama Mas Gun dan Mas Nanda, bertugas membagikan booklets Kementerian/Lembaga di Istana Negara kepada para tamu undangan di istana. Karena bertepatan dengan upacara 17 Agustus, suasananya sungguh haru. Hati saya selalu bergetar melihat bendera merah putih berkibar dengan gagahya, tertiup angin, membuatnya semakin terlihat perkasa. Lelah berdiri dan bertugas seharian, tidak bisa menyaksikan upacara “sakral” tersebut secara penuh. Tetapi bahagia. Bahagia yang sederhana bisa menyambut dan membagikan sebuah informasi penting kepada tamu. Tugas yang menyenangkan sekaligus melelahkan. Saya sangat bersyukur bisa mendapat pengalaman ini. Tamu undangan sangat banyak yang hadir.  Paspampres Romo Magnis:) Berbicara 17 Agustus, tidak lupa dengan film ini. Battle of Surabaya, film animasi buatan Indonesia, menceritakan tentang perjuangan mempertahankan kemerdekaan, hingga perang terjadi lag

21 Agustus, Selamat Hari Maritim Nasional!

Mungkin sudah sering kita mendengar bahwa negara kita kaya akan kekayaan laut, lautnya indah, luas dan berjuta kehidupan manusia bergantung padanya. Bagian yang memiliki porsi 2/3 wilayah Indonesia ini merupakan sumber kehidupan. Sejak zaman dahulu, nenek moyang kita telah mengarungi laut dan samudera, memperkuat bukti bahwa laut sudah merupakan separuh jiwa bangsa kita. Pidato pelantikan Presiden Jokowi, Oktober 2014, yang sering didengung-dengungkan tentang laut kita, “Kita harus bekerja sekeras-kerasnya untuk mengembalikan Indonesia sebagai negara maritim. Samudera, laut, selat, dan teluk adalah masa depan peradaban kita. Kita terlalu lama memunggungi laut, memunggungi samudera dan memunggungi selat dan teluk. Ini saatnya kita mengembalikan semuanya sehingga Jalesveva Jayamahe, di laut justru kita jaya, sebagai semboyan nenek moyang kita di masa lalu bisa kembali lagi membahana.” Dengan persoalan yang terus menjadi ancaman, di hari Maritim Nasional ini hendaknya kita selal
People like judging other people. They are so often seeing others by cover, physical appearance, their richness, position, authority, education. In addition, they started to measure themselves, compare to another, feel proud if they are higher than others. They saw other people’s badness. The weak one is just becoming weaker.  Life is cruel. World is cruel.  They don’t even care that people has fight for something really hard, sacrifice for all they have. They only see what they want to see, which is not always the good one. The chances only come for those who have all those “world things”. The weak one is just watching these dramas, when people gather with other people as they have interest.  The weak one couldn’t compete, not because they are stupid but simply they just don’t get the chances.  Some people may only want to have friends, who have the same position, social status, and so on. Life is unfair. It really is. But God is fair.  We are all equal. Nobody's better tha

Keterbukaan Informasi Publik dalam Tata Kelola Hutan dan Lahan: Sebuah Utopia?

Keterbukaan Informasi Publik dalam Tata Kelola Hutan dan Lahan: Sebuah Utopia? Maria A. Nareswari Saat menuliskan esai ini, saya membayangkan dalam pikiran saya negara Indonesia yang transparan, segala informasi publik dapat diakses semua pihak, apakah mungkin hal tersebut terjadi? Payung hukum yang menaungi dalam hal keterbukaan informasi ini sudah tersedia, yaitu Undang-Undang Nomor 14 tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik (UU KIP). Bagaimana dengan implementasi keterbukaan informasi publik ini dalam penyelenggaraan pemerintahan, terutama dalam hal tata kelola hutan dan lahan? Informasi publik adalah informasi yang dihasilkan, disimpan, dikelola, dikirim, dan/ atau diterima oleh suatu Badan Publik yang berkaitan dengan penyelenggara dan penyelenggaraan negara dan/ atau penyelenggara dan penyelenggaraan Badan Publik lainnya sesuai UU KIP serta informasi lain yang berkaitan dengan kepentingan publik. [1] Informasi ini merupakan data yang diolah agar dapat member
August, 3rd 2015, Borobudur Hotel, Jakarta We accompanied Dr. Yunus Husein S.H., LL.M,, Co-Head of Task Force for Prevention and Eradication of IUUF, as one of speakers in US/Indonesia Workshop on Combating Illegal, Unreported and Regulated (IUU) Fishing, held by IMACS and NOAA.  He started his presentation about multidisciplinary approach in IUU Fishing Enforcement in Indonesia Context through explaining state loss caused by IUUF.  According to the experts’ review, the estimated state loss due to the illegal fishing is +/- 129,8 trillion (USD 9,7 billion per year).  It was calculated based on number of fish stolen, loss related to manpower, loss related to investment. Looking back to our President once said after the election, when he underlined that maritime is one of the priority on his working cabinet. “We have to strive to restore Indonesia as maritime country. The ocean, sea, strait and bay are our future. We have neglected them for too long. Now is the time to res