Langsung ke konten utama

Reflection About Politics



“Buta yang terburuk adalah BUTA POLITIK. Orang yang buta politik tidak mendengar, tidak berbicara dan tidak berpartisipasi dalam peristiwa politik. Dia tidak sadar bahwa biaya hidup, harga makanan, harga rumah, harga obat semuanya bergantung pada KEPUTUSAN POLITIK. Dia membanggakan sikap anti politiknya, membusungkan dada dan berkoar, “aku benci politik!” Sungguh bodoh dia yang tidak mengetahui bahwa karena dia tak mau tahu politik akibatnya adalah pelacuran, anak terlantar , perampokan, dan yang terburuk, korupsi dan perusahaan multinasional yang menguras kekayaan negeri.”
(Bertolt Breacht – Penyair Jerman)

My senior also my favorite lawyer, Bang Taufik Basari. Sebagai pemilih muda, jangan berhenti untuk belajar dan belajar lebih dalam lagi:)


Pemilu presiden tinggal menghitung hari, hanya kurang dua bulan dari sekarang, kita akan menentukan presiden kita dan masa depan Indonesia. Masa depan Indonesia tentunya tidak hanya menjadi beban presiden seorang diri, tapi juga perlu peran aktif dari masyarakat Indonesia.
Sebagai pemilih pemula, saya melakukan banyak riset dalam pemilu legislatif 9 April 2014 yang lalu. April lalu merupakan pemilu pertama yang saya ikuti. Website rilisan WALHI, Kontras, www.bersih2014.net, atau TEMPO menjadi bacaan wajib bagi saya, terutama saat Tempo menampilkan 11 caleg pilihan, caleg bersih yang bisa dilirik oleh masyarakat sebagai pilihan. Jujur saya agak sedikit kecewa dengan hasilnya, karena caleg-caleg bersih rilisan Tempo tersebut dan beberapa LSM kalah pamor dengan artis atau “orang ngetop” lainnya. Dalam diskusi “Obrolan Langsat” yang digelar Kontras, saya juga belajar dari para tokoh yang tergabung dalam partai politik dan dari jurnalis-jurnalis media. Mendengarkan penjelasan mereka begitu membuka pikiran saya sebagai pemilih muda, mana yang harus saya pilih, mana yang visi misinya dapat menjawab persoalan mendasar bangsa ini.
Aktivitas politik yang bisa kita ikuti sebagai kaum muda salah satunya adalah dengan mengontrol kebijakan pemerintah lewat opini. Ingat disini perlu ada peran warga negara Indonesia. Maka, menjadi penting bagi kita untuk benar-benar menilai mana yang sesuai dan mampu mengayomi negara yang berpenduduk +/- 240 juta ini. Kriteria capres dan cawapres semua penduduk Indonesia pasti berbeda-beda. Penduduk kita yang banyak dan beragam, membuat masing-masing dari kita memiliki kriteria tersendiri. Pilihan sekarang sudah mengarahkan kita kepada dua calon. Indonesia akan menentukan masa depannya dalam 5 tahun kedepan pada 9 Juli mendatang. Semoga dengan terpilihnya presiden dan wakil presiden baru, Indonesia yang kita cintai ini selalu mengarah ke arah yang lebih baik setiap harinya.
Apa Syarat Menjadi Presiden Indonesia? Penting untuk melihat jejak rekamnya pada masa lalu, tapi tidak berarti fokus hanya pada masa lalu. Yang utama adalah masa kini dan masa depan yang akan dibawa. Artinya dalam setiap pilihan, kita perlu mempertimbangkan juga siapa pihak-pihak yang bakal diuntungkan bila salah satu calon terpilih; apakah benar pasangan calon memiliki kemampuan untuk menyelesaikan persoalan; dan apakah calon memiliki kapasitas dan skill yang mumpuni untuk memimpin negara ini. Sekilas kriteria baru ada pada permukaan dan bukan secara fundamental atau substansional. Visi misi sudah ditawarkan kedua pasangan calon namun yang sering diperdebatkan sampai saat ini ialah figur orangnya dan bukan program dan gagasan yang akan dikerjakan kelak. Haris Ashar, Koordinator KONTRAS, mengatakan bahwa dalam media jangan ada campuran kepentingan bisnis dan militer, karena akan berpotensi untuk di’setir’. Semua yang harus dipenuhi oleh para calon, harus bisa berdiri tanpa ada kelompok bisnis dan otoriterian outlook yang mungkin bisa mengarah pada penyelesaian masalah secara kekerasan.
Masyarakat harus memilah benar semua pemberitaan di media. Berpikir cerdas dan tidak menelan mentah-mentah informasi yang disajikan, apalagi sembrono dalam membagikannya. Hal ini tentu menjadi sebuah pembelajaran bagi negara Indonesia yang masih terus berusaha mencapai demokrasi yang dicita-citakan. ‘Penyerangan’ antar pendukung kedua pasangan calon sudah semakin terlihat, ‘black campaign’ semakin banyak menodai media sosial. Kita harus cerdas membedakan black campaign dengan negative campaign, sehingga bisa berpikir secara jernih dalam memilih. Ingat, black campaign atau kampanye hitam adalah kampanye yang tidak berdasarkan fakta-fakta yang ada dan cenderung fitnah. Maka kita perlu menghindari apalagi membagikan black campaign capres dan cawapres. Sedangkan negative campaign adalah kampanye kekurangan calon berdasarkan fakta yang ada. Negative campaign ini diperlukan agar kita tidak buta dan dapat dengan jernih dan bijak memilih calon presiden. Inilah langkah kongkrit menjadi kaum muda yang kritis berpolitik. Teruslah menjunjung demokrasi yang mengarahkan pada kemanusiaan bukan pada kepentingan-kepentingan kelompok tertentu.
Tiada manusia yang sempurna, begitu juga dengan pemimpin. Keduanya memiliki kurang dan alpa. Tidak ada yang 100% sempurna, pilihlah pemimpin yang dapat menjawab kebutuhan negara ini. Pemimpin haruslah melayani masyarakat, karakter yang dibangun seorang pemimpin harus pertama-tama memenuhi hal itu. Perjuangan sendi-sendi demokrasi, penegakan hukum yang baik, penghormatan terhadap hak asasi manusia, dan pesan-pesan reformasi lainnya harus terus diperjuangkan. Pilihlah mereka yang memihak pada kebenaran dan rakyat. Kebenaran tidak bisa diperdagangkan dengan pragmatisme dan transaksional, kepentingan rakyat juga tidak boleh dikesampingkan.
Pemilu legislatif yang sudah berlalu, biarlah menjadi sebuah pembelajaran dari kekurangan, meski sudah menodai sistem demokrasi kita. Tinggal 37 hari lagi menuju pesta demokrasi terakbar di negeri yang kita cintai ini. Hasilnya, tentu ada yang menang dan pasti ada yang kalah. Semangat persatuan dan kesatuan bangsa tidak boleh tercederai hanya oleh kekalahan yang akan terjadi pada pilpres mendatang. Perbaikan dan transformasi kehidupan bangsa yang dicita-citakan harus kita perjuangkan bersama. Bukan persoalan menang atau kalah. Buka mata hati, apalagi sebagai orang muda, bukalah nurani kita pada pilihan pemimpin kita lima tahun mendatang. Sisanya serahkan kepada Tuhan. Kita percaya Tuhan akan menentukan siapa figur terbaik yang akan mengarahkan Indonesia menjadi negara yang semakin beradab. Bagian kita adalah turut ambil bagian dalam mewujudkan kesejahteraan rakyat, dengan memilih pemimpin dan terus mengamati secara kritis jalannya pemerintahan yang dipimpinnya.
Rakyat berperan besar dalam pembangunan, semua pihak harus bekerjasama mewujudkan kedaulatan rakyat, persatuan dan kesejahteraan rakyat, serta keadilan sosial. Siapapun yang terpilih, mari berbenah untuk Indonesia yang lebih baik. Mari menjadi bagian dari persoalan dan jawaban bangsa ini, dimulai dari hal kecil, yang kita kerjakan dengan cinta yang besar.

Politik adalah sebuah pengorbanan, pengorbanan tanpa pamrih- I.J Kasimo

tulisan lengkap di http://magisjakarta.org/politik-pewartaan-kerajaan-allah/

Komentar

Postingan populer dari blog ini

ISFIT Preparation

Semenjak pengumuman dr ISFIT Norway awal November lalu (saya ingat sekali tepatnya tanggal 4 November, saya sungguh hampir lupa saya pernah apply, saat itu saya sedang menginap di rumah teman saya Audrey sehabis bekerja hingga larut malam, saya sungguh tidak membayangkan ini terjadi tapi Tuhan membukakan jalan, semoga bisa mengerjakan dengan baik:D). Sebelumnya flashback sedikit tentang proses saya mendaftar. Saya mengetahui ISFIT dari beberapa teman di UI dan sahabat saya Septian yang menjadi delegasi ISFIT tahun 2013. Saat itu, saya melihat topik-topiknya, membaca websitenya di isfit.org. Sangat menarik. Topiknya berada di antara isu-isu sosial, politik, hukum, dan topik global lainnya. Cara seleksi untuk mengikuti ISFIT ini adalah dengan mengirim 2 esai (sebetulnya 3, tapi esai ketiga ini tidak wajib, dan itu jika ingin mendapat travel support, karena ISFIT hanya menanggung akomodasi dan transportasi selama disana, tiket pulang pergi dari negara tidak ditanggung). Karena samb...

Kelas Inspirasi Bojonegoro, 2 Mei 2016

Daerah, bagian yang tidak terpisahkan dalam pembangunan di Indonesia. Sarat dengan problema. Tidak jarang konflik timbul antara pusat dan daerah. Termasuk masalah pembangunan bidang-bidang fundamental salah satunya pendidikan. Pasalnya, belum banyak yang menyadari bahwa sedemikian pentingnya pendidikan yang bertujuan untuk memanusiakan manusia. Bukan hanya kognitif semata, tapi afeksi, moral dan pendidikan dalam pelajaran hidup lainnya. Hati ini yang menggerakkan untuk melangkahkan kaki menuju Bojonegoro, di hari pembuka di bulan Mei yang lalu. Tiba di Surabaya pk 07.00 setelah pagi hari saya mengambil flight pagi dari Soekarno-Hatta, saya naik bus Damri dari bandara Juanda menuju Bungur, sampai di Bungur pk 8.15. Di Bungur, saya mengambil bus jurusan Bojonegoro. Perjalanan hari itu sangat menyenangkan, tidak terlalu ramai, naik bus di daerah yang cukup asing buat saya, tapi saya sungguh sangat menikmatinya. Menyenangkan sekali naik bus antar kota di Jawa Timur. Saya tiba di termi...

Kala Hujan Di Puncak Merapi

Jumat di pertengahan Maret menghantar kami menuju salah satu ciptaan Tuhan yang tentunya tidak kalah  indah dari ciptaan lainnya di alam semesta ini, yang membentang di bagian tengah Pulau Jawa, sebagian menyebutnya angker, tetapi kami sungguh sudah menantinya, Gunung Merapi, 2930 mdpl. Kisah kami dimulai dari hari itu, setelah lelah kami bekerja. Bagi saya saat ini, waktu untuk bercengkrama dengan alam sangatlah terbatas. Tidak semudah dahulu setiap bosan bisa pergi ke pantai atau gunung dalam tiap bulan. Sekarang, situasinya berbeda. Selalu ada konsekuensi dari setiap pilihan, bukan? Tetaplah ingat betapa berharganya waktu bersama orang-orang yang kita sayangi. Memasuki sore dengan cuaca cerah, berangkatlah kami dari Stasiun Senen Jakarta menuju Stasiun Solojebres. `Dini hari Sabtu, kami telah tiba di stasiun, menunggu Pak Nardi menjemput kami ke basecamp Merapi di Selo. Teman perjalanan saya dalam pendakian Merapi ini: Yupi, Ismi, Hilmi, Raihan, Bams, Handoyo, d...