Langsung ke konten utama

"Ibadah" Kebudayaan, Agustus 2015

"Ibadah" kebudayaan yang saya lakukan hari itu, Jumat 28 Agustus 2015, tak lain dan tak bukan adalah teater favorit saya, Indonesia Kita dari Butet Kartaredjasa, teater rutin 3 bulanan yang sangat menjadi favorit saya dan keluarga saya di akhir pekan. Isinya sarat tentang sindiran tentang politik, pemerintahan, bercampur dengan seni dan budaya khas Indonesia yang dikemas dengan sangat memukau.

Kemerdekaan Indonesia yang telah diraih oleh para founding fathers, kaum intelektual, dan tentunya oleh seluruh rakyat Indonesia tidak boleh disia-siakan begitu saja. Datuk Bagindo Presiden, dengan latar belakang kebudayaan Minang, mengingatkan kita kembali kepada para pejuang asal Minang. Sayangnya selama ini kursi Presiden selalu diduduki orang Jawa hehe. Kiprah perjuangannya mungkin tidak kalah dengan orang Jawa itu sendiri.  Sebut saja Haji Agus Salim, Mohammad Hatta, Sutan Sjahrir dan Tan Malaka, sosok pemikir yang pengorbanannya begitu besar bagi kemajuan bangsa kita. Mereka merantau, menyumbangkan pemikirannya, memperjuangkan nasib bangsanya. Seperti yang dirangkum dalam ringkasan Indonesia Kita, Agus Salim pendiri Sarikat Islam yang pemikirannya memadukan sosialisme dan Islam; demokrasi sosial Mohammad Hatta; Sjarir dengan politik diplomasi; dan Tan Malaka yang menulis konsep Indonesia dan merumuskannya dalam Materialisme, Dialektika, Logika (Madilog). Bisakah kita menjadi seperti mereka? Tentu bukan menjadi sama persis, tapi di tengah tantangan dan masalah zaman kini, berbuat “beda” bukan ikut arus hedonis dan materialis, tapi tetap sederhana, bersahaja, dan melakukan sesuatu untuk bangsa kita dengan cara kita sendiri.  


Tak berbeda jauh dengan seri sebelumnya Sinden Republik dan Tabib dari Timur, serta Mati Ketawa Cara Politikus Indonesia, selalu mengingatkan kita semua, bahwa suara dan kritik lewat seni merupakan karya yang akan selalu hidup. Guyonan Cak Lontong, Akbar, Gareng, Wisben, Jonet, Lukman Sardi yang malam itu menjadi Bung Hatta, Muhammad Fadhli yang berperan menjadi sang Presiden dari Minang, sungguh menghibur saya pribadi dan semua yang menyaksikannya J

Komentar

Postingan populer dari blog ini

ISFIT Preparation

Semenjak pengumuman dr ISFIT Norway awal November lalu (saya ingat sekali tepatnya tanggal 4 November, saya sungguh hampir lupa saya pernah apply, saat itu saya sedang menginap di rumah teman saya Audrey sehabis bekerja hingga larut malam, saya sungguh tidak membayangkan ini terjadi tapi Tuhan membukakan jalan, semoga bisa mengerjakan dengan baik:D). Sebelumnya flashback sedikit tentang proses saya mendaftar. Saya mengetahui ISFIT dari beberapa teman di UI dan sahabat saya Septian yang menjadi delegasi ISFIT tahun 2013. Saat itu, saya melihat topik-topiknya, membaca websitenya di isfit.org. Sangat menarik. Topiknya berada di antara isu-isu sosial, politik, hukum, dan topik global lainnya. Cara seleksi untuk mengikuti ISFIT ini adalah dengan mengirim 2 esai (sebetulnya 3, tapi esai ketiga ini tidak wajib, dan itu jika ingin mendapat travel support, karena ISFIT hanya menanggung akomodasi dan transportasi selama disana, tiket pulang pergi dari negara tidak ditanggung). Karena samb...

Kelas Inspirasi Bojonegoro, 2 Mei 2016

Daerah, bagian yang tidak terpisahkan dalam pembangunan di Indonesia. Sarat dengan problema. Tidak jarang konflik timbul antara pusat dan daerah. Termasuk masalah pembangunan bidang-bidang fundamental salah satunya pendidikan. Pasalnya, belum banyak yang menyadari bahwa sedemikian pentingnya pendidikan yang bertujuan untuk memanusiakan manusia. Bukan hanya kognitif semata, tapi afeksi, moral dan pendidikan dalam pelajaran hidup lainnya. Hati ini yang menggerakkan untuk melangkahkan kaki menuju Bojonegoro, di hari pembuka di bulan Mei yang lalu. Tiba di Surabaya pk 07.00 setelah pagi hari saya mengambil flight pagi dari Soekarno-Hatta, saya naik bus Damri dari bandara Juanda menuju Bungur, sampai di Bungur pk 8.15. Di Bungur, saya mengambil bus jurusan Bojonegoro. Perjalanan hari itu sangat menyenangkan, tidak terlalu ramai, naik bus di daerah yang cukup asing buat saya, tapi saya sungguh sangat menikmatinya. Menyenangkan sekali naik bus antar kota di Jawa Timur. Saya tiba di termi...

Kala Hujan Di Puncak Merapi

Jumat di pertengahan Maret menghantar kami menuju salah satu ciptaan Tuhan yang tentunya tidak kalah  indah dari ciptaan lainnya di alam semesta ini, yang membentang di bagian tengah Pulau Jawa, sebagian menyebutnya angker, tetapi kami sungguh sudah menantinya, Gunung Merapi, 2930 mdpl. Kisah kami dimulai dari hari itu, setelah lelah kami bekerja. Bagi saya saat ini, waktu untuk bercengkrama dengan alam sangatlah terbatas. Tidak semudah dahulu setiap bosan bisa pergi ke pantai atau gunung dalam tiap bulan. Sekarang, situasinya berbeda. Selalu ada konsekuensi dari setiap pilihan, bukan? Tetaplah ingat betapa berharganya waktu bersama orang-orang yang kita sayangi. Memasuki sore dengan cuaca cerah, berangkatlah kami dari Stasiun Senen Jakarta menuju Stasiun Solojebres. `Dini hari Sabtu, kami telah tiba di stasiun, menunggu Pak Nardi menjemput kami ke basecamp Merapi di Selo. Teman perjalanan saya dalam pendakian Merapi ini: Yupi, Ismi, Hilmi, Raihan, Bams, Handoyo, d...