Langsung ke konten utama

15 Januari 2015, Dialog Awal Tahun REDD+: Capaian 2014 dan Rencana Kerja 2015

Dialog Awal Tahun REDD+: Capaian 2014 dan Rencana Kerja 2015 diadakan bertempat di kantor BP REDD+ RI, Gd Mayapada Tower II, Jl Jend Sudirman, Jakarta.

sumber: reddplus.go.id

Pak Heru Prasetyo, Kepala BP REDD+ membuka dengan flashback apa yang sudah dikerjakan Badan REDD dari awal berdirinya sampai tahun 2014, capaian kerja apa yang telah dilakukan dan bagaimana rencana kerja ke depannya. Pemerintah, lembaga, LSM, akademisi, media hadir disana. Pak Abdon Nababan dari Aliansi Masyarakat Adat Nusantara (AMAN) dan Bustar dari Greenpeace menjadi penanggap dalam paparan ini.

REDD bukanlah suatu project melainkan sebuah movement.  Jelas dalam Perpres pendirian Badan REDD+ yaitu Perpres Nomor 62 tahun 2013 bertugas koordinasi, fasilitasi, supervisi, dan implementasi dari program-program REDD, mengembangkan sayap dalam FREDDI dan MRV. Dipimpin oleh Kepala Badan dan  melaporkan kepada presiden. Lintas sektor dan lintas disiplin ilmu.
Hari itu tepat 86 hari sejak Presiden baru dilantik. Ingat kembali 9 Nawa Cita yang dibuat sebagai arahan Presiden dan Wakil Presiden dalam menjalankan tugasnya terutama yang terkait dengan sumber daya alam, lingkungan dan persoalan terkait lainnya. Mengingat kembali juga tujuan REDD sesuai Perpres yaitu menurunkan emisi dari deforestasi dan  menurunkan emisi dari degradasi hutan dan atau lahan gambut.

Tantangan upaya penurunan emisi sektor hutan dan lahan yaitu menyeimbangkan antara penurunan emisi, ekologi dan ekonomi (indikator RAPI). Emisi bagus bisa saja berdampak ekonomi yang buruk. Atau ekonomi bagus, misalnya tanaman sawit yang memberi dampak perekonomian yang bagus, tapi ekologi tidak terkendali.

BP REDD dengan beberapa tenaga profesionalnya tanggung jawab ke Presiden, lanjut Pak Heru dalam dialog itu. Operasionalisasi REDD+dari Aceh sampai Papua (11 Provinsi, 76 Kabupaten). Daerah tersebut sudah “touch” dengan BPREDD melalui MOU.

2014, 2016, 2020? Tahun ini yang menjadi tahun-tahun penting dalam rangka BP REDD mencapai tujuannya. Kenapa dipetakan demikian? 2002: janji untuk mencapai reduksi emisi, supaya mencapai yang dijanjikan baik lebih ataupun kurang , sasaran antara akhir tahun 2016, Indonesia operationally and institutionally ready untuk bisa kurangi reduksi emisinya. Ukuran RAPI tidak mengurbankan ekonomi yang berkeadillan dan sustainability. Sasaran  antara 2014-2020. Jalur ada di atas sana, 10 jalur, 10 program imperatif yang disusun BP REDD tahun 2014.

Kalau selesai 2016, 2017 sudah ukur emisi, 2018 juga sudah mengukur, 2020 bisa declare, kita mencapai/tidak mencapai sesuai yang direncakan.

4 gerakan utama dari BP REDD yaitu kurangi pengrusakan, lindungi yang masih utuh, manage yang masih diusahakan, restore yang sudah rusak. Moratorium hutan dan lahan yang diadakan 2 tahun, lahan primer dan lahan gambut. 2 tahun penundaan ini bertujuan menjaga supaya moratorium ini ditaati. 2013 ini diperpanjang mantan presiden Yudhoyono sampai 2015.

Melalui situation room REDD di berbagai provinsi Riau, Jambi, dan Kalteng, mereka monitor di lapangan dan laporan capaian-capaian dalam moratorium tsb.

BIG bekerjasama dengan BP REDD dalam melengkapi one map policy. Peta rupa bumi tidak cukup, tapi juga peta-peta tematis. Peta-peta tersebut “disambung”, ada wali data yang menyambung peta-peta rupa bumi. Provinsi demi provinsi. Menjadi penting bahwa peta masyarakat hukum adat harus ada dlm peta nasional supaya dapat kelola hutan dan lahan dengan cara yang lebih benar. Hal ini menjadi penting misalnya dalam penggunaan baseline dan peta kadastral untuk monitoring karhutla. Dasarnya peta kadastral yang benar.
Tanggapan dari Pak Abdon Nababan, dari AMAN.

Bagaimana negara hadir di tengah masyarakat adat? Mengingat komitmen 6 point dahulu zaman pencalonan presiden.

Negara hadir kalau masyarakatnya ada di dalam negara, masyarakat adat di pasal 18 UUD sampe sekarang tidak tercatat dalam negara. Terasa tidak pas negara hadir di masyarakat adat, tp masyarakat adatnya tidak ada dii negara. Disinilah REDD hadir.

Perbincangan pemerintah Norway dan Indo, bagaimana dalam LOI sudah terlanjur masuk izin-izin di masyarakat adat.

Komitmen menurunkan emisi serahkan aja ke masyarakat adat. Hutan-hutan terbaik di masyarakat adat bisa dijaga. Masyarakat adat bagian dari bangsa dan negara, hadirkan masyarakat adat di negara.
Dalam UUPA sempat ada hak ulayat, namun tidak dijelaskan sistem administrasi hak ulayat, hak atas wilayah adatnya dan sebagainya. Disebutkan tapi tidak dilaksanakan. Tidak pernah ada masyarakat adat hadir dalam negara ini.

Catatan 2014 REDD mencatat kemajuan untuk pengakuan dan perlindungan masyarakat adat, kontribusi UKP4 dan BP REDD bukan hadirkan negara dahulu tapi masyarakat adat dahulu baru negara hadir. Apa yang dikerjakan dari UKP4 dan BP REDD jadi kemajuan.

Administrasi wilayah di Kementerian Agraria dan Tata Ruang, harusnya belajar dari BP REDD bagaimana mengelola wilayah adat yang kami serahkan. BPREDD menerima 4,8 juta Ha [di cek], kalau ini diteruskan masyarakat adat akan hadir di negara, nanti negara mudah hadir di masyarakat adat.

Masalah masyarakat adat tidak tahu siapa yang mengurus, datanya juga tidak ada yang mengurus, BP REDD sebagai walidata, sangat sayang kalau badan ini dibubarkan. Tunggu sampai KemenLHK sudah benar paradigmanya ttg masyarakat adat. BP REDD jangan dilebur dahulu, at least 2 tahun. Ini salah satu ulasan mengenai alasan mengapa BP REDD perlu dilanjutkan http://www.reddplus.go.id/berita/berita-redd/2486.

 TANGGAPAN GREENPEACE
                                                                                        
Dahulu orang berpikir REDD: bagaimana jual carbon, seolah pikirannya hanya uang.
Komitmen SBY bagus sekali, menurukan emisi, negara berkembang pertama. Perubahan iklim lagi menjadi fokus saat itu. Begitu juga dengan komitmen moratorium, dari industri mengatakan kedengarannya mustahil. Seusai menurunkan emisi, sesudah itu moratorium. Itu langkah politik yang sangat baik, perlu ada perbaikan di sektor kehutanan. Faktanya di daerah rumah gubernur/bupati, rumah masyarakat adat, berada di kawasan hutan.

Misalnya di Kalimantan Tengah. Di tengah hutan ada sawit, ada tambang, misal pertambangan rakyat, kebun milik ex Bupati, ada tumpang tindih. Masalahnya tidak hanya perubahan iklim tp tata kelola hutan kita di indonesia. Presiden Jokowi sudah mengunjungi Riau. Melihat keadaan gambut [yang dikeringkan dan dibuka], itu sumber hidup masyarakat tapi dirampas, konflik masih terus berjalan.

Hutan. Banyak kepentingan disana, dari Pemda, Kemenhut, Kemendagri, banyak pihak yang terlibat. BP REDD bertugas menyatukan kepentingan-kepentingan itu untuk perbaikan tata kelola hutan.
Greenpeace mengatakan jangan dilebur dulu, kita [masyarakat] belum percaya sepenuhnya, seringkali menteri dr parpol, atau parpol fokusnya cm eksploitasi SDA, dsb.  

Kemudian muncul isu apakah Indonesia tunduk pada agenda asing? Indonesia dibayar utk setujui moratorium? Tanpa uang dari Norway dalam artian tanpa uang dan ada uang, moratorium tetap jalan. Itu agenda kita, untuk perbaikan tata kelola hutan dan lahan sebagai bagian dr agenda reformasi.

Moratorium baru cover hutan alam, primary forest dan belum mencakup semua hutan. NGO belum puas. Izin-izin dicek apakah memnuhi aspek legal dari pemerintah? Nyatanya banyak yang ditabrak.

Dukungan dari industri, BP REDD  untuk teruskan program. Tegur perusahaan yang tidak taat. BP REDD diharapkan tidak hanya gerakan tapi juga inisiatif yang dijalankan masyarakat. Itu hal yang perlu didorong, harus berdampak pada perlindungan lingkungan, tetapi juga merasakan manfaat ekonomi di daerah-daerah.

“It is about movement by Indonesia. It's even supported by Indonesian companies, so strongly it scares the world” #WHYBPREDD

Semoga selalu ada harapan untuk perbaikan tata kelola hutan dan lahan di negara kita. Semoga


Komentar

Postingan populer dari blog ini

ISFIT Preparation

Semenjak pengumuman dr ISFIT Norway awal November lalu (saya ingat sekali tepatnya tanggal 4 November, saya sungguh hampir lupa saya pernah apply, saat itu saya sedang menginap di rumah teman saya Audrey sehabis bekerja hingga larut malam, saya sungguh tidak membayangkan ini terjadi tapi Tuhan membukakan jalan, semoga bisa mengerjakan dengan baik:D). Sebelumnya flashback sedikit tentang proses saya mendaftar. Saya mengetahui ISFIT dari beberapa teman di UI dan sahabat saya Septian yang menjadi delegasi ISFIT tahun 2013. Saat itu, saya melihat topik-topiknya, membaca websitenya di isfit.org. Sangat menarik. Topiknya berada di antara isu-isu sosial, politik, hukum, dan topik global lainnya. Cara seleksi untuk mengikuti ISFIT ini adalah dengan mengirim 2 esai (sebetulnya 3, tapi esai ketiga ini tidak wajib, dan itu jika ingin mendapat travel support, karena ISFIT hanya menanggung akomodasi dan transportasi selama disana, tiket pulang pergi dari negara tidak ditanggung). Karena samb

West-Central Java 2017

Cibinong-Raiser 2017 Tahun ini berkesempatan mengunjungi tempat ikan hias di Raiser (Pusat Pengembangan dan Pemasaran), Cibinong, sembari menyusun beberapa petunjuk teknis terkait kebijakan perlindungan HAM bersama rekan-rekan KKP. Tempat ini didirikan KKP dan LIPI sebagai upaya bersama pengembangan ikan hias di Indonesia. Alamat: Jalan Raya Bogor, Jakarta KM 47 Nanggewer, Cibinong http://lipi.go.id/berita/raiser-ikan-hias-cibinong-momentum-kebangkitan-bisnis-ikan-hias-indonesia/388 Sukamandi, Subang 2017 Momentum membahagiakan dan memberi motivasi bagi diri sebagai abdi negara saat mendampingi Staf Khusus menjadi pembicara di Balai Diklat Aparatur (BDA) Sukamandi, Subang.   Tempat ini juga merupakan salah satu balai riset KKP untuk penelitian udang galah, ikan lele mutiara, ikan nila srikandi, ikan mas mustika, ikan patin pasupati, gurame, dll. Lokasi: Patoek Beusi, Subang Pak Yunus dan induk lele 5 kg Pak Zulfikar dan Pak W

Kelas Inspirasi Bojonegoro, 2 Mei 2016

Daerah, bagian yang tidak terpisahkan dalam pembangunan di Indonesia. Sarat dengan problema. Tidak jarang konflik timbul antara pusat dan daerah. Termasuk masalah pembangunan bidang-bidang fundamental salah satunya pendidikan. Pasalnya, belum banyak yang menyadari bahwa sedemikian pentingnya pendidikan yang bertujuan untuk memanusiakan manusia. Bukan hanya kognitif semata, tapi afeksi, moral dan pendidikan dalam pelajaran hidup lainnya. Hati ini yang menggerakkan untuk melangkahkan kaki menuju Bojonegoro, di hari pembuka di bulan Mei yang lalu. Tiba di Surabaya pk 07.00 setelah pagi hari saya mengambil flight pagi dari Soekarno-Hatta, saya naik bus Damri dari bandara Juanda menuju Bungur, sampai di Bungur pk 8.15. Di Bungur, saya mengambil bus jurusan Bojonegoro. Perjalanan hari itu sangat menyenangkan, tidak terlalu ramai, naik bus di daerah yang cukup asing buat saya, tapi saya sungguh sangat menikmatinya. Menyenangkan sekali naik bus antar kota di Jawa Timur. Saya tiba di termi